INTELIJENTIPIKOR, Makassar, Sulawesi Selatan | Monumen Mandala di Kota Makassar bukan sekadar bangunan megah di jantung kota, tetapi menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat dari tangan penjajah Belanda. Monumen ini berdiri tegak di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, dan menjadi salah satu ikon sejarah nasional yang sarat makna perjuangan.
Latar Belakang Pembangunan
Monumen Mandala dibangun untuk mengenang Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Operasi ini bertujuan untuk membebaskan Irian Barat—yang saat itu masih dikuasai Belanda—agar kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Makassar dipilih sebagai lokasi markas besar Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, yang dipimpin langsung oleh Mayor Jenderal Soeharto. Dari kota inilah strategi dan koordinasi operasi militer dijalankan. Karena peran penting tersebut, pemerintah kemudian mendirikan Monumen Mandala sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa para pejuang dan pengingat sejarah perjuangan nasional.
Sejarah Pembangunan

Pembangunan Monumen Mandala dimulai pada 6 Januari 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 11 Januari 1995. Pendirian monumen ini diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan dukungan penuh dari TNI dan masyarakat setempat.
Bangunan ini dirancang dengan arsitektur bergaya modern yang mengandung simbolisme perjuangan. Monumen memiliki tiga lantai utama, masing-masing dengan fungsi dan makna tersendiri:
-
Lantai Pertama menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut Irian Barat melalui diorama, foto-foto dokumentasi, serta peta operasi militer.
-
Lantai Kedua berisi ruang perenungan dan penghormatan terhadap para pahlawan yang gugur.
-
Lantai Ketiga merupakan menara pandang yang memberikan panorama indah Kota Makassar dan sekitarnya, sekaligus melambangkan cita-cita tinggi bangsa.
Makna dan Filosofi
Nama “Mandala” sendiri diambil dari istilah militer yang berarti wilayah operasi atau komando. Dengan demikian, Monumen Mandala tidak hanya menjadi simbol fisik, tetapi juga representasi semangat komando, persatuan, dan nasionalisme yang membakar semangat para pejuang Trikora.
Bangunan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan diplomasi dan militer Indonesia pada masa itu bukan hal yang mudah. Melalui perjuangan panjang dan kerja sama antara diplomasi internasional serta kekuatan militer, akhirnya Irian Barat resmi bergabung kembali dengan Indonesia pada tahun 1969 melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
Nilai Sejarah dan Wisata Edukasi
Kini, Monumen Mandala menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan edukasi di Makassar. Banyak pelajar, peneliti, maupun wisatawan lokal dan mancanegara yang datang untuk mengenal lebih dalam perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan keutuhan wilayahnya.
Selain berfungsi sebagai tempat bersejarah, area sekitar Monumen Mandala juga sering dijadikan lokasi upacara kenegaraan dan kegiatan kebudayaan yang menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.



















